Minggu, 14 November 2010

Saluran Udara Tegangan Menengah


5-4-1 Prosedur Penggelaran Kabel Tegangan Menengah.

a. Kabel inti tunggal tegangan menengah harus dilakukan transposisi pada tiap jarak 4 meter

b. Transportasi kabel dilakukan secara gelondongan/haspel.

Penggelaran harus memakai besi penyangga agar haspel mudah diputar.

c. Jika kabel sangat pendek di bawah 30 meter transportasi dapat dilakukan tanpa haspel namun kabel diangkut dalam gelondongan menyerupai angka 8.

d. Untuk mencegah deformasi penampang kabel, tidak diperboleh- kan tergilas kendaraan umum.

e. Peralatan kerja yang diperlukan; Dongkrak/penyangga kabel, rol datar dipasang tiap jarak 5 meter, rol belok, rol tikungan, penarik ujung kabel, peralatan penggulung.

f. Sebelum digelar, dilakukan penyuntikan guna mendapatkan kemungkinan adanya fasilitas-fasilitas lain di dalam tanah.

g. Penggelaran dilakukan per haspel.

h. Setelah penggelaran lubang galian harus di timbun kembali.

i. Kabel di beri identitas yang terbuat dari logam timah/dyno dengan mencantumkan; nama pelaksana/jointer, tanggal penyambungan, nama kabel, merk sambungan, kode sambungan.

5-4-2 Mengidentifikasi masalah penggelaran SKTM

a. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam penggelaran kabel tanah adalah pengawasan pada saat menggelar kabel, baik kabel itu sudah dalam kemasan haspel atau dalam bentuk gulungan membentuk angka 8. Hal ini menyangkut keamanan dan keselamatan pada saat pembebanan kabel.

b. Jika terdapat kabel ciri/cacat pada selubung atau isolasinya (terutama isolasi) yang disebabkan oleh kesalahan pada saat penggelaran, akan mempengaruhi KHA kabel. Walaupun pada setiap kabel sudah mempunyai batas toleransi (faktor koreksi), terutama pada kabel yang dibebani terus-menerus.

5-4-3 Membuat laporan

a. Setiap akhir pekerjaan wajib membuat peta pelaksanaan (asbuilt drawing) pada peta 1: 200 dan peta 1:5000 yang mencamtumkan; nama penyulang/kabel, titik sambungan, posisi perletakan kabel, tanggal dan nama pelaksana, jenis kabel, posisi transposisi jika memakai single corecable/kabel inti tunggal, posisi lintasan kabel dengan inti lintasan lain, nomor haspel.

b. Dokumentasi pelaksanaan (photo/gambar pelaksanaan)

c. Laporan pelaksanaan, nomor perintah kerja.

5-4-4 Kotak Sambung dan Kotak Ujung Saluran Kabel Tegangan Menengah

5-4-4-1 Merencanakan dan mempersiapkan pemasangan kotak sambung dan kotak ujung SKTM

a. Sambungan kabel tanah setelah penggelaran tiap 1 haspel (± 300 meter) perlu disambung.

b. Tata cara penyambungan sesuai dengan teknologi yang dianut dan dilakukan oleh pelaksana bersertifikat. Contoh: metode Raychem, Premoulded, 3m dan lain-lain.

c. Hal yang sama dengan terminasi kabel.

d. Sambungan terminasi kabel pada saluran udara penghantar tak berionisasi harus dilindungi dengan Arrester. Arus pengenal Arrester 5 kA, jika sambungan di tengah saluran. Arus pengenal Arrester 10 kA, jika sambungan di ujung saluran.

e. Pada titik sambungan kabel harus diberi cadangan lintasan dengan cara digelar seperti gambar berikut ?

Demikian pula pada kabel yang naik tiang kesaluran udara.

5-4-4-2 Memasang kotak sambung

Ada 2 macam sambungan berdasarkan tempatnya:

a. Sambungan yang mengalami tegangan tarik dipakai tention joint / joint sleve

b. Sambungan yang tidak mengalami tegangan tarik dipakai non tention joint / Connector atau paralel groove yaitu pada section pole. Paralel groove ini dipakai agar bisa dibuka waktu mencari gangguan, pemakaiannya harus double per phasa karena konduktiviti parallel groove ini hanya 60% dari konduktiviti kawatnya per buah. Section pole / tention pole sendiri dipasang pada setiap ± 10 gawang dan pada tention pole ini paralel groove dipasang.

5-4-4-3 Mengidentifikasi masalah pemasangan kotak sambung dan kotak ujung

a. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam pemasangan kotak sambung adalah pengawasan pada saat menyambung kabel, jangan sampai terdapat celah atau cacat lubang (void) yang bisa menyebabkan timbulnya udara atau air yang menerobos ke dalam kotak sambungan, sehingga bisa terjadi arus bocor atau flesh over.

b. Permukaan kontak antara kedua kabel yang disambung harus seluas mungkin sehingga tidak akan mempengaruhi/mengurangi KHA kabel. Walaupun pada setiap sambungan kabel sudah mempunyai batas toleransi (faktor koreksi), terutama pada kabel yang dibebani terus-menerus. Namun demikian secara praktis sulit dicapai pada sambungan agar KHA tidak berkurang.

Sumber :

Suhadi dan Wrahatnolo, Tri, 2008, Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 237 – 239.

Konstruksi Palang Sangga (Cross Arm, Travers)

November 14th, 2010 · Buku Sekolah Gratis · Teknik distribusi tenaga listrik 2


Berkaitan dengan arah tarikan kawat yang harus mengikuti arah jalan (raya), apakah lajur lurus atau berbelok dalam beberapa derajat, maka diperlukan palang sangga sesuai dengan kebutuhan perlengkapan dalam pemasangan Saluran Udara Tegangan Menengah. Berikut ini adalah beberapa model/bentuk palang sangga pada jaring SUTM.

Sumber :

Suhadi dan Wrahatnolo, Tri, 2008, Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 264 – 274.

Pembentukan larutan

October 14th, 2010 · Buku Sekolah Gratis · Teknik pengecoran 1


Jika proses pendinginan pada paduan Aluminium dilakukan dengan lambat dan diberikan pemanasan lanjut untuk mendapatkan larutan padat yang menyeluruh, kemudian di-Quenching pada media air atau oli tidak akan terjadi pengendapan tetapi akan menghasilkan larutan padat yang jenuh. Temperatur serta durasi waktu yang diperlukan untuk “solution treatment” akan tergantung kepada komposisi unsur dari paduan itu sendiri. Dari akhir perlakuan panas akan dihasilkan bentuk Paduan Aluminium yang lunak dan lembek sehingga dapat dikerjakan dengan proses pengerjaan dingin.

1. Proses pengendapan

Larutan jenuh yang diperoleh dari larutan padat melalui proses pelarutan hanya akan stabil pada temperature rendah, sehingga apabila dilakukan proses pemanasan lanjut atau yang disebut precipitation-treatment dimana akan terjadinya proses pengendapan maka kebutuhan temperature pemanasan juga tidak terlalu tinggi. Unsur tembaga atau berbagai unsur paduan

lainnya tidak akan meninggalkan larutan padat tetapi hanya akan membentuk daerah populasi tinggi (High-Population) , oleh karena itu tegangannya akan meningkat. Derajat Temperatur pemanasan juga akan tergantung pada komposisi unsur paduan dari Aluminium itu sendiri, demikian pula dengan durasi waktu yang diperlukan, selain juga tergantung pada komposisi unsur paduannya juga ukuran ketebalan harus dipertimbangkan, secara rata-rata temperature

pemanasan ini biasanya diberikan antara 100)C hingga 2000C dengan waktu pemanasan antara 2 sampai 30 jam. Petunjuk dalam proses ini hendaknya dipatuhi karena kesalahan dari prosedur pelaksanaannya dapat mengakibatkan tereduksinya kekuatan bahan itu sendiri terlebih lagi jika Temperatur pemanasannya terlalui tinggi atau pemanasannya terlalu lama.

2. Natural Ageing

Pada beberapa kasus berbagai jenis paduan sulit mengalami pengendapan dan temperature ruangan masih terlalu tinggi untuk membantu proses pengendapan tersebut, oleh karena itu untuk diperlukan waktu yang cukup paling tidak selama 30 menit yang kemudian diselesaikan secara penuh dalam waktu 4 hari agar tegangan maximum dapat tercapai. Paduan Aluminium dengan kadar Tembaga hingga 4 % atau yang dikenal dengan “Duralumin” adalah bentuk paduan Aluminium dengan proses “Natural Ageing” Alloy. Jika Paduan Aluminium ini akan dibentuk melalui proses pengerjaan dingin maka harus dilakukan dalam waktu 2 jam setelah Quenching, Karena jika melewati batas waktu tersebut pengendapan akan meluas sehingga akan sulit dikerjakan dengan proses ini.

Proses pengendapan dapat ditunggu hingga 4 jam jika ini dilakukan didalam refrigerator dengan temperature antara -60C sampai -100C, dengan demikian akan dihasilkan larutan yang sempurna dan paduan ini dapat disimpan hingga diperlukan Proses pengerjaan. Salah satu produk yang menggunakan bahan dari jenis dan perlakuan tersebut antara lain ialah paku keling.

3. Annealing Pada Aluminium paduan

Proses Annealing dapat dilakukan pada semua jenis Aluminium paduan tempa sehingga paduan ini dapat dibentuk melalui proses pengerjaan dingin. Temperatur Annealing ditentukan berdasarkan temperaur rekristalisasi dari Aluminium paduan itu sendiri, namun biasanya diberikan antara 3400C hingga 4500C dengan waktu pemanasan antara 20 menit hingga 2 jam tergantung pada komposisi serta ukuran ketebalan dari bahan tersebut. Yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses Annealing pada Aluminium ini ialah tidak boleh memberikan pemanasan dengan Temperature yang berlebihan karena akan menumbuhkan butiran sehingga akan mereduksi semua sifat mekanik dari bahan tersebut setalah proses ini dilakukan.

4. Stabilising Treatment

Sangat sering terjadi dalam perlakuan panas pada berbagai jenis bahan logam dimana perlakuan panas menimbulkan efek tegangan dalam terutama pada Aluminium yang dibentuk melalui pengecoran dan benda kerja dibiarkan dingin didalam cetakan (Mould), hal ini terjadi pula dalam proses extrusi besar serta tempa besar. Untuk mengatasi hal ini benda kerja dapat dilakukan pemanasan dengan temperature 2000C dengan waktu 5 jam atau sesuai dengan ukuran ketebalan benda kerja tersebut.

5. Kelengkapan (equipment)

Dapur pemamanas merupakan salah satu kelengkapan utama dalam perlakuan panas. Demikian halnya untuk keperluan proses Annealing pada Aluminium paduan ini. Dapur pemanas yang digunakan dalam proses ini sebaiknya menggunakan dapur sirkulasi udara walau pun sebenarnya semua jenis dapur pemanas dapat digunakan, akan tetapi dapur sirkulasi udara direkomendasikan pemakaiannya untuk proses Annealing pada Aluminium paduan serta proses pengendapannya. Dapur Salt-bath dapat juga digunakan namun pemakaian dapur ini bahan yang akan diberi perlakuan harus dilapisi dengan grace dan dikeringkan sebelum dimasukan kedalam kubangan, selanjutnya dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa garam agar terhindar dari kerusakan akibat reaksi kimia oleh garam tersebut.

6. Fabrikasi Aluminium dan ALuminium paduan

Secara komersial Alumunium murni maupun Alumunium paduan tempa dapat dimanipulasi kedalam berbagai bentuk melalui pengerolan, deep drawing, pressing, stetch forming, stamping extrusing serta impact extrusing dan bending. Untuk Aluminium paduan dapat dibentuk melalui proses pengecoran dalam cetakan pasir (Sand Casting), die Casting dan lain-lain. Pembentukan melalui proses pemesinan (machining) diperlukan kecepatan pemotongan yang tinggi serta penentuan sudut potong yang akurat dari alat potong yang digunakan. Penyambungan Aluminium dapat dilakukan melalui pengelasan dengan menggunakan fluxi actif untuk menghilangkan oxide film, sedangkan penyambungan dengan penyolderan dan brazing hanya dapat dilakukan pada Aluminium murni atau jenis Aluminium tertentu yang telah diketahui jenisnya. Penyambungan Aluminium secara mekanik dapat juga dilakukan dengan rivet (keling) serta penyambungan dengan baut.

Aluminium dapat dilakukan finising dengan pemolesan dan burnishing oleh Chemical finishing atau anodizing melalui penebalan lapisan oxid film dengan cat setelah proses chemical anodic finishing atau electroplating setelah persiapan permukaan yang sesuai. Ketahanan korosi dari Aluminium paduan dapat diperbaiki dengan pengerolan dengan memberikan lapisan Aluminium murni pada setiap sisinya yang menghasilkan “three-effect”. Aluminium paduan diperdagangkan dengan nama “Alclad”.

Sumber :

Sudjana, Hardí, 2008, Teknik Pengecoran Jilid 1 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 53 – 56.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons